Arti kata manjalang adalah mengunjungi. Merupakan kegiatan mengunjungi keluarga terdekat atau karib kerabat kedua mapelai. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari. Kedua pengantin diiringi oleh rombongan yang berasal dari keluarga anak daro, dengan membawa berbagai macam hantaran, berupa aneka makanan
Maksud dan Tujuan
Tradisi ini bertujuan untuk memperkenalkan marapulai dan anak daro, dan bersilaturahmi dengan keluarga dan karib kerabat masing-masing, seperti rumah marapulai, rumah bako marapulai, rumah bako anak daro, rumah mamak, dan urang ampek jinih.
Pelaksanaan
Manjalang diselenggarakan oleh keluarga anak daro. Dilaksanakan sekitar 2 atau 3 hari setelah baralek. Waktunya pada malam hari setelah shalat isya. Saat ini jumlah rumah yang dijalang hanya 3 rumah saja, yaitu: rumah marapulai, rumah bako anak daro, dan rumah bako marapulai.
Marapulai dan anak daro memakai pakaian kebesaran adat yang dikenakan pada saat baralek. Mereka berjalan kaki menuju ke setiap rumah yang dijalang, dengan diiringi oleh rombongan yang membawa hantaran, berupa makanan.
Makanan yang dibawa terdiri dari: nasi lamak, pisang, serta bermacam kue, yang diletakkan dan dibawa menggunakan dulang tinggi, dan saok aia pandan. Khusus ke rumah marapulai ditambahkan dengan jagung.
Pelaksana adat manjalang adalah ibu-ibu, yang terdiri dari orang sapasukuan, dan sumandan. Sedangkan ninik-mamak hanya mengiringi saja dari belakang.
Makna dan Sejarah
Hakikat dari manjalang adalah perkenalan diri anak daro dan marapulai dengan keluarga terdekat masing-masing, sekaligus silaturahmi dari kedua keluarga besar yang berbesanan.
Rumah yang dijalang
Pada maso saisuak (zaman dulu) manjalang bisa menghabiskan waktu berhari-hari. Rumah yang dijalang sangat banyak. Setiap karib kerabat terdekat harus dijalang. Semakin besar keluarga marapulai atau anak daro, semakin banyak pula rumah yang dijalang. Terkadang dalam satu malam, manjalang bisa selesai menjelang subuh. Tidak seperti sekarang ini, yang dijalang hanya 3 rumah, rumah marapulai, bako marapulai, dan bako anak daro. Pengurangan tersebut merupakan hasil kesepakatan KAN. Tujuannya untuk menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Penduduk sudah jauh berkurang
Disamping itu, saat ini jumlah penduduk di Saniangbaka tidak seramai dulu, karena sudah banyak yang merantau. Sulit untuk mengumpulkan orang yang bisa membantu dalam bakacuh (membantu dalam masak memasak) dan pergi manjalang. Waktu dan tenaga yang dibutuhkan tidak hanya malam hari sebelum manjalang, tapi dua hari sebelumnya keluarga anak daro sudah sibuk mempersiapkan jamuan yang akan dibawa, seperti memasak bubua (nasi lamak) dan kue.
Kue epok-epok
Salah satu kue khas yang hanya dibuat oleh orang Saniangbaka khusus untuk manjalang adalah epok-epok, yaitu adonan tepung ketan dan pisang berbentuk bulat lonjong yang digoreng, di dalamnya ditambahkan dengan gula aren.