Menurut (Piliang, Dt Marajo Sungut, and Arfianda 2010) penghulu merupakan pemegang kekuasaan, seorang pemimpin yang menjadi contoh dan panutan bagi keluarga, kaum, dan masyarakat nagari. Sehari-hari penghulu dipanggil “datuk.” Datuk merupakan gelar adat yang diterima secara turun temurun. Fungsinya adalah sebagai kepala suku atau pemimpin dalam urusan adat. Datuk merupakan seorang laki-laki yang diberi gelar sako (pusako) yang diangkat berdasarkan kesepakatan seluruh kaumnya. Datuk dituakan sebagai pemimpin suku yang tugasnya membidangi tentang seluk beluk adat. Mereka didahulukan salangkah dan ditinggikan sarantiang. Maksudnya mereka lebih ditinggikan dan dituakan dalam urusan adat dan kaumnya. Dalam mamang adat dinyatakan sebagai:
Kayu gadang di tangah koto
Bapucuk sabana bulek
Baurek sabana tunggang
Batang gadang dahannyo kuek
Daunnyo rimbun buahnyo labek
Batangnyo tambek basanda ureknyo tampek baselo
Dahannyo tampek bagantuang
Buahnyo buliah dimakan
Tampek balinduang katiko paneh
Tampek bataduah katiko hujan
Pai tampek batanyo
Pulang tampek babarito
Ungkapan tersebut menyiratkan harapan yang besar terhadap penghulu. Mereka menjadi tempat berlindung dan bersandar bagi sanak kemenakannya. Tempat bertanya, dan menjadi juru perdamaian dari berbagai permasalahan di tengah-tengah kaumnya.
Kalau diibaratkan dengan pemerintahan, manti merupakan penyelenggara negara. Bertugas sebagai pembantu dan kepanjangan tangan penghulu dalam bidang adat. Manti berperan besar dalam mengurus berbagai persoalan kaum di tengah sukunya. Termasuk dalam hal alek perkawinan peran manti sangat diperlukan, mulai dari sebelum hari baralek, saat hari baralek, sampai setelah baralek.
Dalam adat Saniangbaka, peran manti sangat strategis, karena menjadi kepanjangan tangan dari penghulu, yang terdiri dari:
Menyampaikan segala kebijaksanaan penghulu kepada kaumnya
Menyampaikan kritik dan saran dari anggota masyarakat kepada penghulu
Memeriksa perkara dan menyampaikan keputusan hukum sesuai dengan pepatah adat: urang nan arif bijaksana, tahu jo rantiang nan ka manyangkuik, tahu jo runciang nan ka mancucuk. (Kabupaten Solok, 2019 : 97)
Peran tersebut ditambahkan oleh tetua nagari Saniangbaka, yang juga menjabat sebagai manti (Dartukni Mandi Panduko Rajo):
“Maabehan buruk baik dalam kampuang, kok tumbuh silang sangketo, kusuik nan indak salasai, karuah nan indak janiah, antaro sanak kamanakan dalam korong jo kampuang.” Menjadi juru damai, dalam mengurus buruk baik dalam kampung. Jika terjadi silang sengketa, kusut yang tidak diurai, keruh yang tidak bisa dijernihkan antara anak kemenakan di dalam korong dan kampung.
Mengurus administrasi pernikahan, dan pelaksanaan alek perkawinan anak kemenakannya (mauruih pelaksanaan dan tata cara alek, sambah manyambah dalam alek, alah manjadi aia mandi dek tuan manti)
Menjadi juru bicara penghulu dalam berbagai upacara baralek (alek perkawinan, turun mandi, manaik-an rumah baru, dll).
Lebih lanjut beliau menjelaskan betapa pentingnya peran Manti di Saniangbaka, termasuk dalam hal sembah handai atau pasambahan dalam adat, yang di nagari lain dilakukan oleh penghulu. Ilmu manti meliputi syarak dan adat. Manti adat dituntut untuk bersifat sabar, ber-alam lapang, dan berpandangan luas. Bisa membedakan yang buruk dan baik, halal dan haram, antara yang hal dan batik. Bisa memahami karakter, dan mendidik anak kemenakan.
Di bidang keagamaan, penghulu dibantu oleh malin, yang bertugas dalam mengurus dan menyelesaikan masalah nikah, talak, rujuk, zakat, mengajar mengaji, kelahiran, kematian, membimbing masyarakat sesuai dengan tuntunan ajaran islam (Kabupaten Solok, 2019 : 97). Peran malin diungkapkan dalam mamang adat:
Suluah bendang dalam nagari
Nan tau dihalal jo haram
Nan tau disah jo nan batil
Nan tau di syariat jo hakikat
Menjadi tauladan dalam nagari, yang bisa membedakan mana yang halal dan haram, yang hak dan batil, serta tau tentang agama, dan hakikat.
Dalam bidang keamanan, penghulu dibantu oleh dubalang adat. Tugasnya membantu dalam menjaga penerapan hukum adat dari penyimpangan dan pelanggaran. Tujuannya untuk menjamin kenyamanan dan ketentraman anak kemenakan. Dalam menjalankan tugasnya dubalang adat diberi kewenangan untuk mengambil tindakan langsung, dan memberikan sanksi terhadap setiap pelanggaran. Secara umum tugasnya terdiri dari:
Mengawasi penerapan aturan yang sudah diterapkan oleh sukunya
Menjaga dan memelihara ketentraman masyarakat
Menegakkan aturan adat yang sudah mulai disepelekan atau dilanggar oleh kemenakannya