Dalam alek perkawinan di Saniangbaka, waktu penjamuan tamu undangan dibagi menjadi 2, yaitu siang dan malam hari. Siang hari dinamakan dengan alek siang hari, khusus untuk perempuan, dan malam hari dinamakan dengan alek kenduri, khusus untuk tamu laki-laki.
Maksud dan Tujuan
Alek siang hari bertujuan untuk menjamu undangan, khususnya ibu-ibu. Sedangkan alek kenduri ditujukan untuk menjamu tamu laki-laki yang berasal dari keluarga ayah anak daro, keluarga marapulai, dan karib kerabat dari suku lain.
Pelaksanaan
Alek siang hari
Menurut adat dan kebiasaan di Saniangbaka, waktu penjamuan alek siang hari dimulai setelah shalat zuhur sampai sebelum magrib. Kebanyakan tamu yang datang setelah shalat ashar, sampai sanjo rayo pirik (berebut waktu magrib). Alek ini dikhususkan untuk perempuan atau kaum ibu.
“Sesudah shalat ashar berdatanganlah alek dalam nagari, karib baik, suyuak nan bagisiah, laman nan salalu, mancogok bahondoh pondoh dari satiok simpang, sarupo anai-anai babuih datang ke rumah anak daro ataupun marapulai. Syariat pulo mamaku, adat baleh babaleh, kalau kita panuruik alek urang lain mako ramilah alek sampai sanjo rayo pirik.”
(Dartukni Mandi Panduko Rajo).
Mereka datang dengan membawa buah tangan yang dimasukkan ke dalam cambuang nasi (mangkok nasi) yang dibungkus dengan sapu tangan, biasanya berisi beras. Makanya diistilahkan dengan maantaan bareh (mengantar beras). Disamping beras, ada juga yang menambahkan dengan barang lain, seperti telur, kain panjang, kain sarung, alas kasur, piring, gelas, selimut, dll. Besar kecilnya tergantung kedekatan antara tamu dengan keluarga sipangka.
Menurut kebiasaan di Saniangbaka, pada alek siang hari terkadang marapai disalang (dipinjam) oleh pihak anak daro untuk bersanding menanti tamu undangan dari luar. Kedatangan marapulai harus dijemput oleh pihak anak daro. Biasanya marapulai disalang dari zuhur sampai waktu ashar.
Alek kenduri
Alek ini dikhususkan untuk tamu laki-laki. Diselenggarakan di rumah anak daro. Tamu yang datang biasanya karib kerabat dari ayah anak daro, termasuk keluarga marapulai. Waktunya setelah shalat magrib sampai selesai, tergantung banyaknya tamu yang datang.
Alek kenduri bisa dilakukan beberapa gelombang, tergantung banyaknya tamu yang datang, dan besar kecilnya rumah. Kalau Diistilahkan dengan datang satampuah, pulang sabondong (datang sendiri-sendiri, pulang berbondongan). Biasanya kalau orang yang berada atau berpengaruh, tamu yang datang akan ramai, dan alek-nya bisa 2 sampai 3 kali.
Tidak seperti alek siang hari, acara di atas rumah dilakukan secara adat. Hidangan disajikan oleh janang atau bujang palanggam, yang sudah ditunjuk pada saat manakuk hari. Janang berpakaian lengkap dengan berbaju langan panjang, berkopiah, berkain sarung. Sebelum makan, hidangan harus ditata sesuai dengan alua jo patuik oleh janang.
Setelah itu alek dimulai dengan pasambahan, mamudiak-an sirih, makan minum, sampai selesai. Pada saat turun atau keluar rumah, tamu yang datang biasanya maisi cupak nan tatagak, berupa uang alakadarnya, yang diserahkan kepada mande (ibu) anak daro yang duduk bersimpuh di dekat pintu, dengan meletakkan sapu tangan/kain dipangkuannya.
Makna dan Sejarah
Pelaksanaan alek siang hari dan alek kenduri merupakan proses penjamuan tamu undangan di Saniangbaka. Alek siang hari dihadiri oleh:
Suyuik nan bagisia, halaman nan salalu.
Nan basinggung nan bageduih.
yang diundang pada saat manyiriah. Sedangkan alek kenduri sebagian dari mereka adalah orang yang diundang pada saat mamintak izin, termasuk keluarga marapulai. Mereka datang bukan hanya sekedar untuk makan minum semata. Lebih dari pada itu, untuk menyemarakkan, dan mensyukuri tentang berlangsungnya alek perkawinan sanak kemenakannya (Kabupaten Solok 2019). Mereka datang memperlihatkan:
Hati nan suci, muko nan jernih.
Putih muko bisa diliek, putih hati bakaadaan
Inti dari alek perkawinan sebenarnya adalah malam hari, saat alek kenduri, disebut juga dengan alek malam.
“Alek malam tu kan kini bulih dikecek-an ndak ado urang nan tibo, urang banyak datang katiko makan pagi selai. Dulu katiko alek malam, ndak tamuek-muek dek urang rumah, asa awak lai panuruik alek urang, jo pengecek-an urang.”
(Akhyar Rangkayo Batuah).
Maksudnya saat ini sudah jarang tamu yang datang pada saat alek kenduri, karena mereka sudah datang pagi hari, saat masak memasak. Padahal dulu tamu yang datang pada saat alek kenduri sangat ramai, apalagi jika tuan rumah suka menghadiri undangan, dan ringan lidahnya mengundang orang lain.
Perubahan tersebut diistilahkan dengan jalan alah dialih dek urang lalu. Maksudnya masyarakat sekarang tidak lagi mengabaikan aturan adat, dengan merubah kebiasaan sesuka hatinya. Padahal di pagi hari, saat masak memasak tersebut, seharusnya yang hadir hanya ninik mamak, dan orang sapasukuan saja. Sedangkan karib kerabat dari suku lainnya waktu jamuannya malam, pada saat alek kenduri.